Kamis, 12 Juni 2014

Memupus asa

Aku pernah memimpikan kita bersanding berdua, merajut asa dan merangkainya menjadi nyata seutuhnya. Namun, sepertinya Tuhan menginginkan yang lain. Dia membuat kita berdua tidak bersama lagi, membuat kita mulai berjauhan.
Tak pernah sedikitpun aku membayangkan kita seperti sekarang ini. Ada jarak yang begitu jauh, dinding yang begitu kokoh, dan sungai yang begitu deras untuk dilalui. Itu semua sulit. Karena mungkin cinta kita sudah mulai melemah, hingga segala halangan memanglah sebuah halangan yang sulit untuk dilalui.
Nafasmu adalah semua keresahanku. Keindahanmu adalah semua keresahanku. Aku mencintaimu. Tak pernah kubiarkan semua merobek asa kita. Tapi Tuhan? Tuhan dengan begitu mudahnya mencabik-cabik semua yang telah kita bangun bersama. Apa aku bisa melawan kehendak-Nya?
Tidak! Aku bahkan tidak bisa bergerak sejengkalpun jika Tuhan menginginkan aku untuk tidak bergerak. Aku begitu lemah dihadapan Tuhan. Sekuat apapun cinta yang kita bina, sekokoh apapun cinta yang kita punya, tetap saja. Kita tidak ada apa-apanya jika Tuhan memang tidak menghendaki kita.
Tahukah kamu? Setiap malam aku merapalkan mantra-mantra dan doa-doa untuk kita. Berharap Tuhan mengaminkan mereka. Apa kamu juga begitu? Apa kamu juga melakukan hal yang sama untuk kita? Kuharap iya. Karena doa ini tidak cukup kuat jika hanya aku sendiri yang memintanya.
Dan jika suatu hari nanti, aku mulai lelah dengan keyakinanku sendiri, kuatkan aku, sayang. Papahlah hatiku agar tidak letih. Agar aku bisa kembali mengemban mimpi-mimpi dan asa kita. Karena dihatimu yang sederhana, aku bisa dengan leluasa mencintai dan menyayangimu apa adanya.

“Lihatlah tuan, anda ingin transit atau berhenti di bandara hati saya?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar