Aku
pernah memimpikan kita bersanding berdua, merajut asa dan merangkainya menjadi
nyata seutuhnya. Namun, sepertinya Tuhan menginginkan yang lain. Dia membuat
kita berdua tidak bersama lagi, membuat kita mulai berjauhan.
Tak
pernah sedikitpun aku membayangkan kita seperti sekarang ini. Ada jarak yang
begitu jauh, dinding yang begitu kokoh, dan sungai yang begitu deras untuk
dilalui. Itu semua sulit. Karena mungkin cinta kita sudah mulai melemah, hingga
segala halangan memanglah sebuah halangan yang sulit untuk dilalui.
Nafasmu
adalah semua keresahanku. Keindahanmu adalah semua keresahanku. Aku mencintaimu.
Tak pernah kubiarkan semua merobek asa kita. Tapi Tuhan? Tuhan dengan begitu
mudahnya mencabik-cabik semua yang telah kita bangun bersama. Apa aku bisa
melawan kehendak-Nya?
Tidak!
Aku bahkan tidak bisa bergerak sejengkalpun jika Tuhan menginginkan aku untuk
tidak bergerak. Aku begitu lemah dihadapan Tuhan. Sekuat apapun cinta yang kita
bina, sekokoh apapun cinta yang kita punya, tetap saja. Kita tidak ada
apa-apanya jika Tuhan memang tidak menghendaki kita.
Tahukah
kamu? Setiap malam aku merapalkan mantra-mantra dan doa-doa untuk kita. Berharap
Tuhan mengaminkan mereka. Apa kamu juga begitu? Apa kamu juga melakukan hal
yang sama untuk kita? Kuharap iya. Karena doa ini tidak cukup kuat jika hanya
aku sendiri yang memintanya.
Dan
jika suatu hari nanti, aku mulai lelah dengan keyakinanku sendiri, kuatkan aku,
sayang. Papahlah hatiku agar tidak letih. Agar aku bisa kembali mengemban
mimpi-mimpi dan asa kita. Karena dihatimu yang sederhana, aku bisa dengan
leluasa mencintai dan menyayangimu apa adanya.
“Lihatlah
tuan, anda ingin transit atau berhenti di bandara hati saya?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar