Alhamdulillah.
Sekarang, aku mulai bisa mengikhlaskan orang
yang paling aku sayang pergi dari kehidupanku. Senyumku pun juga sudah bisa
mengembang, melihat dia bahagia dengan penggantiku yang sekarang. Aku sudah
terbiasa. Semua hal tentang dia sekarang sudah tidak sakit lagi.
Aku mulai terbiasa hidup tanpa dia. Meski terkadang, ketika
malam kembali datang. Dan duniaku mulai sepi. Aku kembali teringat dia. Bukan dengan
sengaja aku mengingatnya, tapi memang sampai saat ini aku masih mencintai dia.
Berat. Siapa bilang aku bisa dengan mudahnya melupakan semua
tentang dia. Sangat sulit hari-hari yang ku lalui tanpa dia disampingku. Tapi aku
sadar. Duniaku tidak hanya tentang dia. Masih ada keluargaku yang takkan pernah
mengkhianatiku. Masih ada sahabat-sahabatku yang selalu memberi dorongan dan
motivasi untuk aku terus melangkah maju.
Dan sekarang, lihatlah.
Aku sudah bukan aku yang dulu, sayang.
Aku mulai terbiasa hidup tanpa kamu. Aku mulai terbiasa
menghiasi wajahku dengan senyum tanpa kamu lagi yang menjadi alasannya. Aku sudah
terbiasa.
Tahukah kamu? Aku bersungguh-sungguh ketika bilang bahwa aku
bahagia melihat kamu bahagia. Meski bukan aku alasannya.
Ternyata, lebih mudah untuk mengikhlaskan seseorang yang
kita sayang dengan berpikir demikian. Berpikir bahwa, “Mungkin, dengan aku menjauh
dari hidup kamu. Kamu akan lebih bahagia. Kamu tidak perlu menangis karena aku.
Kamu tidak perlu bersusah payah membahagiakan aku. Kamu bahagia tanpa ada yang
aku paksakan.”
Sayang, aku mencintaimu. Disetiap detik di detakku. Di setiap
desir di aliran darahku. Di setiap hembus di nafasku. Semua yang ada di dirimu,
aku cinta.